Dibalik Indahnya Pulau Lemukutan

Lemukan merupakan objek wisata alam yang sangat diminati dibanding dengan teman sejawatnya yang ada di gugusan Sungai Raya Kepulauan. Hal ini dikarenakan biaya untuk menjangkau pulau ini masih tergolong hemat bagi dompet dan sudah banyak dikenal dibanding Pulau Kabung, Pulau Penata Kecil, Pulau Penata Besar, Pulau Seluas, Pulau Semesak, Pulau Tempurung dan Pulau KeraSekalipun masih kalah pamor dibanding pulau elit Randayan, Pulau Lemukutan memiliki alam yang tak kalah indah. Suasana keramahan penduduk yang sudah sangat welcome dengan pengunjung, akses yang mudah dijangkau dan banyak paket wisata yang memberikan pelayanan liburan ke Pulau Lemukutan. Namun siapa sangka dibalik keindahan pulau yang berbentuk seperti kacamata dari foto udara ini banyak hal yang luput dari perhatian dan postingan.
  1. Terumbu Karang Lemukutan Rusak ParahTidak semua, tapi sebagian besar IYA. Tak tahu pasti apa penyebab kondisi terumbu karang ini menjadi hancur lebur, beruntungnya air laut disekeliling pulau Lemukutan masih bersih dan masih ada beberapa ikan yang menghuni terumbu karang rusak ini.  Jika tidak cepat diatasi kerusakan bisa sangat lama untuk dipulihkan oleh alam. 
  2. Laut Jadi Tong SampahTidak menyalahkan pengunjung yang masih membuang sampah sembarangan, tidak pula menyalahkan penduduk penghuni Pulau Lemukutan. Kita selaku manusia salah, sekalipun pembaca tidak membuang sampah sembarangan, pembaca juga harus bisa mengajak/mengingatkan/menegur/melarang/memarahi jika melihat manusia masih membuang sampah sembarangan. 
  3. Fasilitas Umum Tak MendukungUntuk menuju Pulau Lemukutan dimulai dari Teluk Suak, banyaknya pengunjung untuk berwisata tak banyak perubahan fasilitas pendukung di Teluk Suak.

  • Jalan dengan tanah merah yang masih becek dikala diguyur hujan 
  • WC umum yang tak terurus, pintu rusak, air kosong membuat kotoran manusia mengotori WC yang posisinya disebelah kanan jalan menuju  
  • Dermaga kurang panjang. Jika akan berangkat dari dermaga ini di pagi hari kapal kelotok akan mengalami masalah kandas di lumpur karena ujung dermaga yang masih kurang menjorok ke laut. Jika kurang beruntung masalah ini memakan waktu setengah jam untuk dapat memulai pelayaran ke Pulau Lemukutan.


Jadi berwisatalah dengan konsep peduli lingkungan. Mulai saja dengan hal-hal kecil seperti tidak membuang sampah sembarangan, saat snorkelling tidak menginjak terumbu karang dan gunakan pemandu wisata yang peduli lingkungan agar biaya yang keluar tidak hanya untuk liburan tapi juga untuk kegiatan konservasi.











Bukit Raya Masih Tak Jauh Berbeda

2013

2015

Bukit Raya masih tak jauh berbeda dengan kondisi 2013 lalu, tak ada pembangunan masif terlihat dari hasil jepretan tamu-tamu Warung Kelapa Empat sepanjang perjalanan menuju Bukit Raya pada 24 April – 4 Mei 2015 dari Pontianak-Nanga Pinoh baru-baru ini. Yang membuat perjalanan berbeda hanya biaya transportasi yang naik. Ini diduga karena salah satu faktornya  adalah BBM yang turun naik. Selain itu sambutan penyedia jasa transportasi yang semakin ekstrem dalam memainkan harga, prinsip mencari untung masih dipegang kuat ketimbang untuk mendapatkan untung terus. Hal ini terbukti dari perbedaan biaya carter saat perjalanan pergi dan pulang yang berbeda.

Berdasarkan data yang terlihat dari buku kunjungan di Resort Rantau Malam, kunjungan ke TNBBBR di tahun 2015 sudah ada tiga kali kunjungan para pendaki yang masuk ke belantara Kalimantan dari rentang waktu Januari – April. Peningkatan jumlah kunjungan yang luar biasa karena promosi seven summit Indonesia yang terus digalakkan oleh pendaki Indonesia untuk mengisi daftar sebagai seven summiter of Indonesia dengan salah satu gunung yang harus disambangi Bukit Raya 2.278 m dpl sebagai gunung tertinggi di dataran Pulau Kalimantan Indonesia. Jika dikaitkan, bisa jadi kunjungan yang naik inilah yang benar-benar dimanfaatkan oleh penyedia transportasi air khususnya dari Serawai – Jelundung – Rantau Malam dalam memberikan pelayanan. Jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan sebelum tahun 2013, sangat beruntung sekali dapat menemui pengunjung yang mengunjungi TNBB-BR dengan tujuan pendakian Bukit Raya dalam setahun, bahkan bisa tidak ada sama sekali. Kunjungan yang terjadi hanya sering dilakukan oleh masyarakat di Desa Rantau Malam untuk memanfaatkan hasil alam daerah asal mereka untuk kebutuhan hidup sehari-hari.


Kunjungan tahun 2015 di buku tamu Resort Rantau Malam
Selain dari Kalimantan Barat akses menuju Bukit Raya 2.278 m dpl atau Puncak Kakam oleh sebutan masyarakat setempat dapat pula dilakukan dari Kalimantan Tengah. Jika dibandingkan dari jejak dan benda yang ditinggalkan di Puncak Kakam intensitas pengunjung dari jalur Kalimantan Barat masih kalah sering daripada melalui Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Ini dapat dilihat dari bekas jalur pendakian yang lebih tampak jelas, kemudian didukung pula oleh benda-benda yang ditinggalkan di puncak berupa plang nama penanda puncak, coretan di plang, stiker dan perabotan upacara adat. Posisi puncak yang berada di Kalimantan Tengah secara administratif ternyata lebih dekat jika dilihat dari lama waktu pendakiannya, hanya menempuh waktu 4 hari 3 malam dari desa terakhir menurut keterangan salah satu sumber yang sudah kesana melalui jalur Kalimantan Tengah.

Berminat mendaki bersama, dari Kalimantan Barat atau dari Kalimantan Tengah bahkan lintas provinsi silahkan kunjungi Warung Kelapa Empat dan hubungi 0856 5081 557. 




Foto: Wan Azman