PILOT di bengkel motor

Ini kisah saat saya mendapat can* ditahun 2012. Sebuah pekerjaan untuk melakukan survei dan mendata sekolah-sekolah yang ada di Kecamatan Simpang Dua, Sungai Laur hingga Sandai. Bagian hulu Kabupaten Ketapang. Mulai dari luar hingga kepedalamannya, berdua ditemani si Meong (nama motor kesayangan). Mulailah perjalanan itu dari Pontianak sebuah kota enak yang juga menjadi terkenal karena campur tangan Kuntilanak yang dulunya sering gentayangan. Ini termasuk rute dan lokasi baru yang sama sekali belum pernah saya lewati dan kunjungi sebelumnya. Naluri kemapalaan memang tak bisa dilepas kemanapun dan bagaimanapun kondisinya. Berbekal GPS (Global Positioning System) dengan percaya diri perjalanan dimulai.
   
Pontianak menuju Tayan kemudian menyebrang dengan kelotok* lalu lanjut lagi  hinnga ke Sandai tepatnya berakhir persimpangan menunju Nanga Tayap. Saat memulai perjalanan setelah penyebrangan di Piasak, pendataan mengenai kondisi Sekolah Dasar diawali dari Balai Berkuak. Seperti yang kita ketahui sendiri potret pendidikan Indonesia memang tak merata dari segi sarana dan prasarana hingga SDM pendidik. Semakin jauh dari pusat kota maka semakin ketinggalan mutu sekolah tersebut. Oooohhhhhh INDONESIA

Wajar saja jika Kalimantan Barat seperti kura-kura dan kelinci yang diibaratkan sebagai ibu kota negara. Adilkah itu? Memang adil tak harus sama rata, tapi harus sama rasa CS.
Balik lagi pada cerita kerja sekali jalan sambil jalan-jalan. Dari Balai Berkuak mulailah masuk ke kampung-kampung yang jaraknya hingga 15 km kedalam. Dari jalan aspal goreng hingga jalan setapak yang koreng dilewati untuk mengetahui kondisi sekolah. Naik turun bukit karena memang kontur pegunungan mendomisili Pulau Kalimantan bagian hulunya. Bertemu dengan masyarakat yang ramah hingga tak hirau. Empat hari melakoni pekerjaan ini dengan menunggangi si Meong sungguh melelaskan bokong, dengan ending empat bulan baru terima honor full.

Saat menjelang malam dihari perdana saya sempat bingung menentukan tempat menginap. Sekalipun penginapan banyak namun berharap ada tumpangan untuk menggeletakkan tubuh gratis yang bisa menekan biaya operasional, maklum dompet mahasiswa yang saat ini mencoba peruntungan untuk menuju sarjana. Tiba disuatu desa datang dan bertamulah saya kerumah Kepala Desa untuk melapor bahwa akan menginap di desa pimpinannya sekaligus juga mencoba-coba barangkali dapat tawaran menginap. Bincang-bincang berlangsung setengah jam namun tak ada tanda-tanda tawaran bahkan kerongkongan mulai kering karena tak ada yang bisa membasahi padahal saat itu bukan musim kemarau. Terlalu bertele-tele langsung saja utarakan niat namun sayang diarahkannya saya dibagian selatan yang banyak terdapat penginapan. (Nama Desa dan Kepala Desa tidak dapat disebutkan untuk menjaga nama baiknya).

Lanjut jalan dan singgahlah saya diwarung makan. Sambil makan ngobrol dengan salah seorang yang sudah duluan duduk diwarung itu. Ternyata dia adik dari pemilik warung. Layaknya orang yang baru berkenalan, berbagi cerita asal muasal dan tujuan tak diduga saya mendapatkan tawaran menginap dirumahnya yang juga sekaligus bengkel motor usaha mandirinya. Namanya Pilot, panggil saja Pilot. Pilot di bengkel motor. Sebelum menuju bengkel yang dihuninya bersama istri dan seorang anak, saya diajak naik kerumah kakaknya si pemilik warung makan untuk ngander-ngander* ngopi. Keramahan Bang Pilot dan keluarganya memang bagai sisi utara dan selatan bumi yang berlainan arah dengan Kepala Desa diparagraf enam. Belum puas berbincang karena sudah larut kami menuju kediaman Bang Pilot untuk beristirahat. Saat itu istri dan anaknya sedang tidak dirumah karena menginap kerumah mertuanya. Bengkel sederhana yang membantu Bang Pilot menafkahi keluarga kecilnya terletak dipersimpangan jalan di Desa Simpang Dua. Berdiri dengan bahan kayu dan papan bengkel itu mampu menghidupi tiga nyawa manusia dengan keterampilan yang dimiliki sang montir yang merangkap bos. Semua yang didapat sang montir berasal dari disiplin ilmu otodidak tanpa ada pendidikan khusus. Dia sendiri tanpa karyawan yang membantu.

Esok hari pekerjaan lanjut lagi mendata sekolah hingga tiga hari kedepan. Dan saat pulang saya sempatkan diri mampir berpamitan di bengkel Bang Pilot. Tiga bulan selang pertemuan itu komunikasi masih kami lakukan hingga ia mampir dikediaman saya sebelum ke Sambas untuk menjemput istrinya. Setelah itu tak pernah ada kabar lagi, kontaknya hilang karena kartu sim sempat rusak dan hilang semua kontak yang ada. Sekalipun tak berkomunikasi lagi dan kontak hilang namun sosok Bang Pilot yang baik dengan keramahannya akan tetap terkenang. Terima kasih Bang atas tumpangannya, bertemu sekali membekas selamanya.


 Bengkel Motor Bang PILOT

Sosok Bang Pilot dibengkelnya


* kata dalam bahasa Melayu Kalimantan Barat
Can                   : pekerjaan
Ngander            : mengobrol, berbincang-bincang
Kelotok             : alat transportasi tradisional masyarakat pesisir Kapuas

Percaya atau tidak, Wak Sauk adalah legenda


Masyarakat pesisir Kalimantan Barat pasti tak asing lagi dengan nama Wak Sauk, entah siapa dia tak dapat diketahui kebenarannya. Dalam keseharian obrolan bila sudah pada taraf mimpi yang terlalu tinggi atau membesar-besarkan masalah atau berlebihan terhadap sesuatu yang dikenal dalam bahasa Indonesia dengan majas hiperbola maka orang tersebut disebut sebagai Wak Sauk. Bak tong kosong nyaring bunyinya, itulah pandangan yang melekat pada seorang Wak Sauk.

Bukan baru kali ini Wak Sauk muncul dipermukaan, sejak saya lahir nama beliau sudah terdengar dimasa kanak-kanak. Wak Sauk menjadi olok-olokan untuk seseorang yang seperti diatas, sosok hiperbola. Setiap daerah mungkin ada gelar manusia seperti Wak Sauk dengan istilah lain. Fenomena yang menarik, inilah nusantara dengan beragam legenda yang dihormati hingga menjadi guyonan.

Singkat cerita, sampai saat ini Wak Sauk masih legenda yang tak diketahui keberadaan dan kebenarannya. Siapa dan darimana asalnya menjadi tanda tanya besar???
Wak Sauk, oh Wak Sauk. Janganlah pernah menjadi seperti dia.