Suara angin terdengar bak nyanyian gunung bertiup membelai
ngarai menaiki punggungan menyegarkan tubuh yang berjalan diatasnya. Saat itu
kami terus menapakkan ribuan langkah untuk mengantar Camar di 1.460 m dpl. Saya
bersama rekan Nurdin yang ditugaskan
Mapala Untan selalu berada paling belakang
untuk memastikan mereka semua dapat memenuhi kewajiban sebagai Anggota Muda
Sispala Camar Smansa Singkawang untuk tiba di Puncak Bawang dalam Ekspedisi Tapak
Embun. Sekalipun dibasahi tetesan hujan hutan tropis semangat mereka tak luntur
untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta melalui hobi. Tujuh jam melangkah
tibalah di dataran tertinggi yang berada disalah satu Kabupaten Bengkayang.
Bivak didirikan ditengah hamparan pegunungan yang tampak
dibentengi awan. Sunset berlalu sayu tak terlihat dibaliknya. Petang datang
menghampiri malam kami lalui dengan keceriaan bersama sembari makan malam dan
meneguk minuman hangat. Walaupun kurang beruntung tak melihat sunset, Tuhan
berikan Sang Rembulan untuk kami mandi cahaya malam itu dihiasi pijaran
bintang. Malam kami lewati dengan diskusi tentang kepencintaalaman sebagai
proses pembinaan kepada Sispala Binaan, hingga akhirnya satu persatu mulai
memasuki bivak untuk beristirahat, kami semua terlelap. Namun sebelumnya alarm dipasang
untuk tidak melewatkan sunrise dari Bawang.
Dering alarm memecah didalam bivak, membangunkan semua untuk
bergegas menikmati pemandangan Raja Cahaya yang terbit dari ufuk timur. Tak
menyiakan momen jepretan kamera fotografer yang ikut serta bersama kami
terdengar sibuk untuk mengabadikan pemandangan yang takkan didapat ditengah
kota. Tak lama sarapan terhidang untuk dinikmati yang disiapkan oleh mereka
yang mendapat giliran memasak. Sungguh kenikmatan yang berbeda sarapan pagi
diketinggian dengan suasana sunrise. Selesai sarapan dan recheking untuk
penurunan, sedikit waktu masih digunakan untuk merekam pemandangan sebelum
turun.
Perjalanan turun masih dengan jalur yang sama dari Pos PLTA
yang tidak befungsi sebagaimana namanya. Seperti saat mendaki Pak Amin yang
berada paling depan rombongan yang berjumlah 15 orang termasuk dirinya sebagai pemandu jalan (local guide) hingga akhirnya tiba di Pos PLTA setelah melangkah turun 5 jam
lamanya. Perjalanan turun lebih santai karena banyak menyinggahi potensi alam sepanjang
jalur pendakian. Air terjun, sungai, tebing lumut dan menjepret fauna yang
indah dipandang mata.
Di Pos PLTA kami kembali menginap, seperti malam di puncak,
diskusi dengan agenda berbagi pengalaman kami lakukan dihalaman Pos. Suasana
akrab semakin melekat dimalam terakhir ini karena besok kami semua akan
berpisah kembali melakukan rutinitas harian seperti biasa dengan kesibukan
masing-masing.
Secarik coretan pena tentang kisah di Bawang 2 - 5 Juli 2012 lalu akan kembali terulang dengan melewati jalur yang berbeda 24 - 26 April 2015 dengan orang yang mungkin berbeda atau mungkin pula sama.
The next trip via Madi. Ingin bergabung menikmati kisah seperti diatas, info lebih lanjut klik
disini.
|
Gunung Bawang 1.460 m dpl dari kejauhan (foto: Yohanes Kurnia Irawan) |
|
Batas kawasan hutan lindung |
|
Pos PLTA |
|
Sungai yang dilintasi jika melewati jalur Pos PLTA |
|
Pemandangan malam dari Puncak Bawang |
|
Salah satu puncak di gugusan pegunungan Gunung Bawang (Foto: Yohanes Kurnia Irawan) |
|
(Foto: Yohanes Kurnia Irawan) |
|
Pemandangan dari jalur yang dilintasi |
|
Aktifitas warga Desa Suka Bangun |